Teori Pemaafan (1) - Penjaja Ilmu

Teori Pemaafan (1)



TEORI PEMAAFAN 
(Pengertian dan Dimensi Pemaafan) 

 Pengertian Pemaafan 
McCullough, dkk (1997) mengemukakan bahwa pemaafan merupakan seperangkat motivasi untuk mengubah seseorang untuk tidak membalas dendam dan meredakan dorongan untuk memelihara kebencian terhadap pihak yang menyakiti serta meningkatkan dorongan untuk konsiliasi hubungan dengan pihak yang menyakiti. Pemaafan didefinisikan sebagai penggantian emosi negatif dengan positif lain yang berorientasi emosi seperti empati, simpati, kasih sayang dan cinta (Worthington & Wade, 2001). 
Enright (dalam McCullough, dkk, 2003) mendefinisikan pemaafan sebagai sikap untuk mengatasi hal-hal yang negatif dan penghakiman terhadap orang yang bersalah dengan tidak menyangkal rasa sakit itu sendiri tetapi dengan rasa kasihan, iba dan cinta kepada pihak yang menyakiti. Sedangkan menurut Faturochman & Wardhati (2006), pemaafan merupakan kesediaan untuk menanggalkan kekeliruan masa lalu yang menyakitkan, tidak lagi mencari-cari nilai dalam amarah dan kebencian , dan menepis keinginan untuk menyakiti orang lain atau diri sendiri.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, pengertian pemaafan adalah penggantian emosi negatif dengan emosi positif dengan cara membebaskan individu dari rasa marah dan keinginan membalas dendam tanpa menyangkal rasa sakit itu sendiri tetapi dengan rasa kasihan, iba dan cinta kepada pihak yang menyakiti.

Dimensi Pemaafan 
Beumeister, Exline, and Sommer (dalam Worthington, 1998) menggambarkan dua dimensi dari pemaafan, antara lain yaitu:
a.       Dimensi Intrapersonal (Intrapsychic State)
Yang dimaksud intrapsychic state adalah individu mulai memaafkan dan ketika sudah sepenuhnya memaafkan individu tidak lagi merasa marah atau dendam. Dimensi ini melibatkan aspek emosi dan kognisi dari pemaafan. Rourke (2006) mengungkapkan pemaafan intrapersonal adalah pemaafan yang dilakukan untuk membuat korban berdamai dengan perasaan negatifnya. Dimensi ini disebut juga dengan pemaafan sepihak (McCullough, 2000), sebab prosesnya hanya dilakukan oleh pihak korban yang mencoba berdamai dengan emosinya sendiri, dan kebanyakan pemaafan ini terjadi dengan orang asing, atau dengan mereka yang tidak diinginkan untuk bisa melanjutkan hubungan lagi.
b.      Dimensi Interpersonal (Interpersonal Act)
Interpersonal act  hanya memfokuskan pada satu perilaku yang mengekspresikan pemaafan. Perilaku tersebut seperti mengucapkan kata “Saya memafkan dirimu”. Dimensi ini melibatkan aspek sosial dari pemaafan. Pemaafan interpersonal terkait pada keadaan untuk membangun atau mendamaikan kembali hubungan dalam kata lain membantu korban untuk merasa lebih baik (Rourke, 2006).
Kedua dimensi ini tidak saling mempengaruhi, sehingga dalam situasi tertentu bisa ada keduanya atau tidak ada (Sianturi, tanpa tahun). Terdapat empat kombinasi dari dimensi pemaafan, yaitu:
a.      Interpersonal Act + No Intrapsychic State = Hollow Forgiveness
Pada kombinasi ini terdapat pemaafan interpersonal tanpa pemaafan intrapersonal. Dalam hubungan antara korban dan pelaku sudah terjadi saling memaafkan, walaupun pada pihak korban rasa sakit masih ada. Pelaku telah menganggap pelanggaran tidak pernah terjadi sehingga ia akan merasa lega, namun lain hal bagi korban yang masih menyimpan luka atau sakit hati. Kombinasi ini bisa saja terulang kembali dan menjadi konflik yang lebih besar, jika korban hanya mengatakan “Saya memaafkan dirimu” kepada pelaku, namun dalam hati korban sebenarnya baru akan memulai memaafkan. Oleh sebab itu, supaya tidak terjadi misunderstanding antara keduanya, akan lebih baik jika korban mengatakan “Saya akan mulai mencoba memaafkan dirimu”.
b.      Intrapsychic State + No Interpersonal Act = Silent Forgiveness
Kemungkinan kedua dalam pemaafan yaitu adanya pemaafan intrapersonal tanpa pemaafan interpersonal.  Pada kasus ini, korban sudah menghentikan rasa marah dan permusuhan terhadap pelaku, namun tidak mengungkapkan pemaafan. Korban membiarkan pelaku selalu merasa bersalah. Pada satu sisi silent forgiveness tampak seperti manipulatisi dari rasa dendam korban. Namun pada situasi berbeda, kombinasi ini seperti sebuah kesalahpahaman bahwa korban sangat menginginkan pemaafan tersebut terjadi.
c.       Intrapsychic State + Interpersonal Act = Total Forgiveness
Kombinasi ini terjadi ketika korban menghilangkan rasa sakit dari pelanggaran dan pelaku menyadari kesalahannya. Pada kombinasi ini, menjadikan hubungan kembali baik seperti sebelum terjadi pelanggaran.
d.      No Intrapsychic State + No Interpersonal Act = No Forgiveness
Pada kombinasi terakhir ini terjadi kegagalan dalam pemaafan yang disebut juga total grudge (dendam total).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua dimensi pemaafan yaitu, pemaafan intrapersonal atau intrapsychic state dan pemaafan interpersonal atau interpersonal act. Kemudian dari dua dimensi tersebut terdapat empat kombinasi pemaafan antara lain, yaitu: hollow forgiveness, silent forgiveness, total forgiveness, dan no forgiveness.


  
Referensi:
Jika membutuhkan informasi mengenai sumber referensi pada artikel diatas, silahkan E-mail ke: Niki.albangkalisi@gmail.com 
Kontributor artikel: Dewi Angraini


Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "Teori Pemaafan (1)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel