Pseudosains, Ancaman Dunia Sains
Secara sederhana pseudosains atau ilmu semu dapat dipahami sebagai segala ilmu yang tidak memenuhi syarat sebagai ilmu, yakni objektif, memiliki metodologi tertentu, sistematis dan universal, sedangkan pseudosains baru sebatas pengetahuan manusia saja. Lahirnya pseudosains tidak terlepas dari keterbatasan manusia dalam memahami gejala-gejala pada sebuah kejadian atau peristiwa yang terjadi, sehingga saat itu manusia akan menyimpulkan hanya berdasarkan pengalaman panca indra yang bersifat subjektif, maka dari itu lahirlah pengetahuan-pengetahuan yang bertujuan sebagai solusi untuk memahami kejadian tersebut, pengetahuan semacam ini biasa disebut takhayul.
Fenomena-fenomena seperti diatas akan terlihat biasa-biasa saja,
tetapi jika kita membuka mata dan melihatnya dari perspektif sains, maka pseudosains
sangat mengancam berkembangnya ilmu pengetahuan di masyarakat. Melalui pseudosains seseorang di ajak untuk menyelesaikan
masalah secara praktis, subjektif, dan pragmatis. Misalnya dalam memahami
kepribadian manusia, seseorang yang menggeluti pseudosains akan menyimpulkan
secara praktis, misalnya melalui bentuk tubuh manusia, anatomi wajah. Dengan
metode pseudosains, memahami Kepribadian dan sifat manusia yang kompleks tak
ubahnya seperti menyeduh mie instant, hanya 5 menit siap disantap. Padahal,
jika seorang ilmuwan psikologi akan memahami berdasarkan alat tes yang mengacu
pada norma-norma dan teruji berdasarkan riset dengan metodologi ilmu yang ketat.
Walaupun ada alat tes grafis yang digunakan biasanya telah teruji validitasnya,
dan itupun masih saja sering terjadi bias dalam interpretasinya. Bukan itu
saja, pseudosains juga menjadikan
pikiran masyarakat ke arah skeptis pada ilmu pengetahuan, misalnya dalam
penyembuhan tubuh, seseorang yang menggeluti pseudosains akan mengunakan cara
yang sangat praktis, misalnya menggunakan kekuatan alam bawah sadar dan pikiran
untuk menyembuhkan berbagai penyakit, mungkin hal tersebut bermanfaat jika
digunakan untuk penyakit yang ringan, tetapi yang mengerikan lagi adalah ahli ilmu semu
akan meyakini bahwa alam pikiran manusia mampu menguasai alam semesta,
bahkan dengan alam pikiran bisa mengendalikan hujan, awan dan materi lainnya. Akhirnya, akan muncul lah pemikiran yang
skeptis terhadap ilmu pengetahuan, misalnya “apa gunanya mempelajari ilmu
dokter, toh kenyataannya dengan ilmu ini segala penyakit dapat di obati”, atau
“apa gunanya mempelajari meteorologi, toh dengan kekuatan pikiran saja sudah
mampu mengendalikan materi-materi di angkasa”, dan kemudian ilmu pengetahuan ditentang
habis-habisan karena dinilai lamban, tidak efektif dan dianggap kuno. Hal
tersebut bukan sebatas kekhawatiran penulis, tetapi memang benar-benar telah
terjadi.
Sebelum pseudosains hadir dan populer di indonesia, di barat tempat
berkembangnya pseudosains tersebut dahulunya juga sangat menyedot perhatian
masyarakat, dan bahkan pemerintah mendukung untuk diterapkan salah satu pseudosains
di bagian penyelidikan kriminalitas, tetapi setelah diketahui bahwa pseudosains tersebut tidak valid hasilnya maka dihentikan
pula proyek pengembangannya (silahkan baca buku 50 mitos keliru psikologi,
karangan Scott O, Dkk). Teramat disayangkan jika kejadian tersebut tidak
diambil pelajarannya, malah seakan kita ingin tetap jatuh dilubang atau jurang
yang sama, padahal sebelumnya kita telah mengetahui bahwa sebelumnya telah
terjadi atau ada orang yang jatuh dilubang
tersebut. Seorang yang mengandrungi pseudosains pasti akan membantah
jika ilmu yang ia pelajari adalah ilmu yang cacat secara metodologi ilmiah. ia
akan tetap bersikukuh bahwa ilmu
tersebut terbukti secara ilmiah dan teruji validitasnya. sangat disayangkan
jika seorang sarjana atau ilmuwan juga turut menjadi pionir berkembangnya pseudosains
tersebut. hal ini menambah permasalahan mengenai pseudosains semakin rumit,
masyarakat awam akan sulit membedakan mana yang benar-benar ilmu dan mana yang
ilmu semu atau pseudosains, karena yang menjadi mentor atau tutornya bergelar
sarjana atau bahkan doktor. Mempelajari pseudosains bukanlah hal yang
terlarang, asalkan hanya diyakini sebagai media hiburan dan bukan untuk
sungguhan, tetapi yang terjadi saat ini pseudosains seakan menjadi ilmu ilmiah
dan diyakini kebenarannya.
Pemberian pemahaman masyarakat awam dalam memahami peristiwa atau kejadian kehidupan
dengan kacamata sains dapat dilakukan melalui media massa, baik elektronik
maupun cetak. Patut di apresiasikan pada stasiun televisi swasta trans 7 yang melalui program “tau nggak sih”
mencoba memaparkan dan memberi pemahaman dalam memahami sesuatu melalui
perspektif sains, pada acara tersebut awalnya akan paparkan fenomena alam,
peristiwa, atau permasalahan seputar kehidupan, kemudian di paparkan pula
kajian secara ilmiah tentang hal tersebut, yaitu dengan cara meminta pendapat
atau penjelasan melalui pakar, peneliti dan ilmuwan. Hal seperti ini sangat
bermanfaat, dan mampu merubah mindset
masyarakat awam yang sebelumnya mungkin sains selalu diidentikkan teoritis yang
rumit belaka, tetapi sejatinya sains memiliki manfaat yang sangat jelas.
Belum ada Komentar untuk "Pseudosains, Ancaman Dunia Sains"
Posting Komentar