Manajemen Emosi Marah
MANAJEMEN EMOSI MARAH
Mendengar kata-kata marah, sepertinya sudah
sama sekali tidak asing bagi kita, emosi marah yang kita ekpresikan sangat
beragam, ada yang berteriak-teriak, membentak, mengamuk ataupun hanya diam
atau menghindar diri. Sama halnya dengan
emosi lain, misalnya emosi senang kita juga pada umumnya pernah merasakannya. Jika
dipahami secara teoritis dari para ilmuwan, Kemarahan adalah reaksi emosional akut yang
ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang
merangsang, termasuk ancaman, agresi lahiriah, pengekangan diri, serangan,
kekecewaan, atau frustasi (Chaplin, 2002). Dan menurut Boeree (2008), Emosi
marah (Anger Family) adalah marah, gusar, frustasi, benci, sengit, iri,
cemburu, muak, jijik, Menghindar, dongkol. Secara sederhana emosi marah dapat
dipahami sebagai reaksi emosi terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan, reaksi
emosi tersebut dapat berupa rasa benci, iri, cemburu, muak, jijik, dongkol,
bahkan sikap menghindar dapat dikatakan sebagai bentuk dari reaksi emosi marah.
sumber gambar: penjajailmu.blogspot.com |
Macam-macam
Pengungkapan Emosi Marah
Menurut Spielberger (dalam Triantoro dan
Nofrans, 2009) mengekpresikan kemarahan tiap individu berbeda-beda. Hal
tersebut dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
1. Anger In
Yaitu pengungkapan emosi marah yang
dirasakan individu, cenderung ditekan ke dalam dirinya tanpa mengekpresikan ke luar.
2. Anger Out
Merupakan reaksi ke luar atau objek yang
dimunculkan oleh individu ketika dalam keadaan marah atau reaksi dapat diamati
secara umum.
3. Anger Control
Kemampuan individu untuk bisa mengontrol
atau melihat sisi positif dari permasalahan yang dihadapi dan berusaha
konsisten menjaga sikap yang positif
walau menghadapi situasi yang buruk.
Anger
Management (Manajemen Kemarahan)
Tiga hal untuk mengatur kemarahan
(Nichole & Sarah, 2005) :
Emosi
Relaksasi
Anda tidak bisa rilek dan marah diwaktu
yang sama. Mempelajari untuk bersantai dapat
membantu menurunkan tingkat kejenuhan
rutinitas sehari-hari.
Humor
Anda juga tidak bisa marah disaat
ketawa.
Pola Pikir
Empati
Untuk membangun rasa empati, anda butuh
secara rutin menanyakan pada diri sendiri:
“Apa yang saya rasakan jika berada dalam
keadaan seperti orang lain?”
Aturkan pikiranmu
Cara yang baik untuk menurunkan marah
adalah dengan mengatur rasa permusuhan
untuk melakukannya ambil langkah berikut
ini:
Uji Bukti: Apa bukti nyata yang anda
miliki untuk mendukung pandangan anda dalam melihat keadaan?
Mencari Alternatif: Anda bisa
menjelaskan mengapa hal tersebut terjadi?
Perilaku
Pemecahan Masalah
Cara untuk mengatur yang baik adalah
memiliki sebuah pemecahan masalah. Hal ini berarti bahwa tanggapan anda
untuk rasa marah diarahkan ke pemecahan
masalah.
Bersikap tegas tanpa agresif
Menjadi tegas tidak berarti menyikapi
dengan agresif, berterus teranglah jika anda merasa khawatir dan marah pada seseorang.
Tips-tips
untuk meredakan kemarahan
1. Membaca ta’awudz yang bertujuan meminta kepada
Allah agar dijauhkan dari syaitan.
Karena syaitan juga ambil bagian dari meledaknya amarah kita.
2.
Kalau sudah membaca ta’awudz masih saja marah, dan posisinya sedang berdiri oleh
Rasulullah disuruh untuk duduk, yang bertujuan menenangkan diri, agar
amarahnya mereda.
3.
Walaupun sudah duduk tapi amarahnya masih saja menggeliat maka, cobalah
untuk berbaring.
Yang tujuannya sama dengan yang duduk tadi.
4.
Jangan berteriak, berdebat, atau mengeluarkan nada tinggi di
tengah-tengan kemarahan;
biarkan tubuh anda menjadi tenang terlebih dahulu (carole & carol,
2007).
5.
Berwudhu. Orang marah selalu badannya panas karena tubuh banyak membakar
kalori.
Maka untuk mereduksi panas tersebut Nabi menganjurkan untuk berwudhu.
Marah
dalam Perspektif Islam
Dalam menyikapi emosi marah, banyak orang-orang
awam bahkan ilmuwan yang saling berbeda pendapat, ada mengatakan boleh dengan
syarat mesti pada tempat yang benar, serta menganjurkan pula untuk mengekpresikan seperlunya
dan adapula yang menyatakan emosi marah tidak boleh di ekpresikan dan bahkan
ada pendapat yang ekstrem menyatakan bahwa emosi marah jangan pernah ‘ada’ pada
diri manusia, karena sangat merungikan dan sangat bertentangan pula dengan
agama. Untuk menjawab persoalan seperti diatas, tentunya kita harus merujuk
pada sumber yang universal, yakni agama. Islam sebagai agama yang kompherensif,
menyinggung juga masalah emosi, termasuk di dalamnya emosi marah.
Dalam sebuah hadits dari Abu Mas'ud
yaitu 'Uqbah bin 'Amr al-Badri r.a., katanya: "Ada seorang lelaki datang
kepada Nabi s.a.w., lalu berkata: "Sesungguhnya saya niscayalah
membelakangkan diri dari solat subuh - yakni tidak ikut berjema'ah - karena si
Fulan itu, karena ia memanjangkan bacaan suratnya untuk kita." Maka saya -
Abu Mas'ud - sama sekali tidak pernah melihat Nabi s.a.w. marah dalam
nasihatnya lebih daripada marahnya pada hari itu. Beliau s.a.w. bersabda:
"Hai sekalian manusia, sesungguhnya di antara engkau semua ada orang-orang
yang menyebabkan larinya orang lain. Maka siapa saja di antara engkau semua
yang menjadi imam orang banyak -dalam bersembahyang- hendaklah ia menyingkatkan
bacaannya, sebab sesungguhnya di belakangnya itu ada orang yang sudah tua, anak
kecil dan ada pula orang yang segera hendak mengurus keperluannya."
(Muttafaq 'alaih).
Dari hadits diatas marah boleh di
ekpresikan jikalau kehormatan-kerhormatan syari’at dilanggar dan membantu
untuk kemenangan agama Allah SWT. Akan
tetapi dalam konteks lain, rasulullah menasihati agar kita tidak mudah marah,
yakni hadits:
Dari
Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada
Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: (Ya Rasulullah shallallahu`alaihi wa
sallam ) nasihatilah saya. Beliau bersabda : Jangan kamu marah. Dia menanyakan
hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda: Jangan engkau marah. (Riwayat
Bukhari).
Perintah Rasulullah untuk tidak marah
mengandung 2 penafsiran, yaitu:
1. Maksudnya tahanlah marah, yaitu
ketika ada sesuatu yang membuat marah maka berusahalah untuk tidak melampiaskan kemarahannya.
2. Menghindarkan diri dari sebab-sebab
yang mendatangkan kemarahan.
Referensi
Boeree, C George. 2007. General
Psychology. yogyakarta: Prismasophie.
Wade, Carole dan Tavris, Carole. 2007.
Psikologi. Jakarta: Erlangga.
Safaria, Tantoro dan Saputra, Eka
Nofran. 2009. Manajemen Emosi. Jakarta: Bumi Aksara.
Imam Nawawi, Riyadhus Sholihin. Hadits
No 649.
Imam Nawawi, Hadits Arba’in. Hadits No
16.
Nice Info, i like it
BalasHapus▄ █ ▄ █ ▄ ▄ █ ▄
Waroeng Aplikasi™
▄ █ ▄ █ ▄ ▄ █ ▄