Menonton Televisi: antara manfaat dan mudharat
MENONTON TELEVISI: ANTARA MANFAAT DAN MUDHARAT
Undang-undang penyiaran No 32 tahun 2003 dalam Bab I pasal 1
menyebutkan penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar,
pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar
secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan
berkesinambungan. Siaran televisi dapat membuat kagum dan memukau
sebagian penontonnya, tetapi sebaliknya siaran televisi dapat juga membuat
jengkel dan rasa tidak puas bagi penonton lainya (Morissan, 2008).
Media televisi juga menyediakan informasi dan kebutuhan manusia
keseluruhan, seperti berita cuaca, informasi finansial atau katalog berbagai
macam produksi barang. Pemirsa akan selalu terdorong untuk mencari sesuatu yang
tidak diketahui melalui media televisi, pada akhirnya televisi pun menjadikan
pemirsa ‘hamba-hamba kecil’ yang pola pikirnya siap diprogram oleh materi isi
media tersebut (Kuswandi, 1996). Hal ini tidak dapat dipungkiri, Fahmi
(dalam Hendro. dkk, 1999) mengatakan bahwa peran media televisi
yang utama yaitu mampu menggiring umat manusia untuk memahami realitas (reality)
menjadi dunia khayalan (illusion) dan sebaliknya dunia khayalan
seakan-akan menjadi realitas.
Dampak Negatif
Televisi sebagai media massa, memiliki pengaruh yang besar
terhadap masyarakat. Mulyadi (dalam Widiana, 2008) mengemukakan
televisi berpengaruh terhadap pola perilaku anak dan remaja.
Penelitian-penelitian yang dilakukan para ahli seperti tercantum dalam
literatur-literatur psikologi yang memaparkan pengaruh televisi terhadap pola
perilaku masyarakat telah banyak dilakukan misalnya, penelitian tentang
hubungan antara intensitas menonton tayangan televisi berisi kekerasan dengan
kecenderungan agresivitas remaja, Pada penelitian tersebut mendapatkan hasil
bahwa intensitas menonton tayangan televisi berisi kekerasan yang tinggi
berkorelasi positif dengan kecenderungan agresivitas remaja (Apollo &
Ancok, 2003). Penelitian lainnya adalah tentang hubungan intensitas
menonton tayangan misteri terhadap tingkat kecemasan pada remaja, pada
penelitian ini mendapatkan bahwa intensitas menonton tayangan misteri
yang tinggi berkorelasi positif dengan tingkat kecemasan pada remaja (Setiawan,
2005). Dan penelitian hubungan antara intensitas menonton film
drama romantis di televisi dengan perilaku seksual pranikah pada siswa, hasil
pada penelitian ini mendapatkan bahwa intensitas menonton film
drama romantic yang tinggi di televisi memiliki hubungan
yang signifikan pada kecenderungan perilaku seksual pranikah pada remaja
(Zuliyana, 2009). Beberapa penelitian diatas, memperlihatkan bahwa
tayangan televisi memiliki pengaruh terhadap sikap dan perilaku pada
masyarakat. Jika kita melihat pada kenyataan yang terjadi, banyak dari stasiun
televisi yang kurang memiliki kesadaran pada dampak televisi itu sendiri,
mereka lebih cenderung meraup keuntungan saja, dan mengabaikan dampak negatif
yang terjadi. sehingga yang terjadi, banyaknya siaran-siaran yang tidak
mendidik.
melalui KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) Beberapa usaha dari
pemerintah telah dibuat untuk mencegah terjadinya dampak negatif dari televisi,
misalnya seperti memberikan label pada siaran televisi, untuk batasan usia,
misalnya seperti label A untuk
khalayak Anak-anak, P untuk khalayak pra
sekolah, D untuk khalayak dewasa, SU untuk khalayak semua
umur, dan R untuk khalayak remaja. batasan usia
seperti diatas bermanfaat untuk memudahkan orang tua, mengkategorikan dan
membimbing anak-anak dalam menonton. namun sayangnya, batasan usia seperti itu
kurang efektif untuk diterapkan, permasalahannya apakah pengkategorian seperti
itu banyak diperhatikan oleh orang tua? dan apakah batasan usia menjadi tolok
ukur dari kedewasaan? karena banyak fakta yang terjadi, tindakan kejahatan
dilakukan oleh orang dewasa. Meskipun demikian, kita tetap harus
mengapresiasikan kinerja KPI, karena merupakan ujung tombak dari filter media
massa, terutama televisi.
Dampak Positif
Televisi sebagai media massa, juga memiliki banyak manfaat,
termasuk juga pembentukan sikap bahkan perilaku masyarakat kearah yang lebih
baik. manfaat yang dapat dirasakan secara langsung, misalnya melalui televisi,
bertambahnya pengetahuan masyarakat mengenai dunia luar. selain itu, manfaat
lainnya adalah melalui televisi juga dapat mengembangkan perilaku prososial
pada pemirsanya. secara sederhana perilaku prososial dapat diartikan
sebagai perilaku yang turut meningkatkan kesejahteraan orang lain.
Teori psikologi yang dapat menjelaskan efek prososial media adalah
teori belajar sosial dari Bandura (dalam Inayah, 2011). Teori belajar sosial (social
learning theory) dari Albert Bandura, menyatakan bahwa tingkah laku manusia
dijelaskan sebagai hasil proses belajar terhadap lingkungan. Berkaitan dengan
tingkah laku menolong, seseorang menolong karena ada proses belajar melalui
observasi terhadap model prososial (Mashoedi, 2009).
Dengan kata lain, pengamatan mengajarkan kita sejumlah konsekuensi
yang memungkinkan dari sebuah tingkah laku baru. Salah satu proses tersebut
disebut dengan vicarious reinforcement (penguatan lewat
pengamatan yang empatik, merasa seolah-olah kita yang melakukannya) (Crain,
2007). oleh karena itu, Selain model dalam dunia nyata, model-model prososial
di media juga cukup efektif dalam membentuk norma sosial yang mendukung tingkah
laku menolong (Baron & Byrne, 2005).
Forge & Phemister (dalam Baron & Byrne, 2005) memaparkan
bahwa Teori belajar sosial didukung oleh berbagai penelitian, diantarannya
adalah penelitian pada anak-anak prasekolah yang menonton program
prososial –seperti Mister Rogers’ Neighborhood, sesame
street, atau barney and friends— lebih cenderung berespons
secara prososial daripada anak-anak yang tidak menonton acara semacam itu. Anak
yang menonton acara TV yang memuat perilaku prososial lebih banyak membantu
ketimbang anak yang menonton acara TV netral (Sprafkin, liebert, & poulos)
dalam (Taylor. dkk, 2009). dari berbagai hasil penelitan diatas, memaparkan
bahwa siaran televisi yang kita tonton memberi kontribusi terhadap perilaku,
termasuk halnya perilaku menolong, membantu, bahkan perilaku dermawan.
Kesimpulan
Seperti media massa lainnya, kehadiran televisi di tengah-tengah
masyarakat memberi manfaat dan sekaligus mudharat, disaat banyak penelitian
yang membeberkan dampak negatif dan merugikan yang ditimbulkan oleh televisi,
maka sebaliknya banyak pula penelitian yang memaparkan dampak positif dari
media televisi. ada beberapa tips yang dapat diterapkan ketika kita menonton
televisi bersama anak-anak, dan untuk kita agar lebih merasakan
manfaatnya. yaitu:
1. Mengatur Waktu Menonton
Ini merupakan hal yang utama untuk diperhatikan, aturlah waktu
untuk menonton televisi sedimikian rupa, sehingga kita menontonlah
televisi dengan tujuan yang jelas. tidak hanya menghabiskan waktu di depan
televisi hanya untuk searching channel televisi.
2. Memilih Saluran yang sesuai
ketika menonton dengan anak-anak, sangat perlu untuk diawasi dan
didampingi, serta dijelaskan mengenai tayangan yang telah ditonton, agar
anak-anak memudahkan membedakan yang nyata dan hanya imajinasi semata,
yang benar dan tipuan visual, apalagi saat ini semakin canggihnya
teknologi, mampu memberi efek yang sangat nyata, tetapi pada kenyataannya
mustahil terjadi. misalnya seperti aksi dalam film Spiderman, yang dengan
mudahnya mampu bergelayutan diantara gedung-gedung pencakar langit, ataupun
film aksi lainnya, terutama yang berisi aksi kekerasan.
3. Menonton tapi aktif
kebanyakan dari kita, disaat menonton sama sekali hanya terfokus
pada satu hal, yaitu menonton secara pasif. Pada umumnya, televisi akan
menayangkan siaran pilihan yang diselingi dengan iklan-iklannya. alangkah
baiknya jika disaat sedang iklan dan menunggu tayangan pilihan kita,
melakukan hal yang lainnya, misalnya diselingi membaca buku atau
pekerjaan ringan yang tidak membahayakan diri.
Sumber Bacaan:
Apollo
& Ancok, D. (2003). Hubungan Antara Menonton Tayangan Televisi Berisi
Kekerasan, Persepsi Terhadap Keharmonisan Keluarga, Jenis Kelamin dan Tahap
Perkembangan dengan Kecenderungan Agresivitas Remaja, Sosiohumanika, 16A (3), 529 – 544.
Baron, R A & Byrne D. 2005. Psikologi Sosial: Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Crain, W. 2007. Teori perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dayaskini,T & Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
Hendro,
P E, dkk. (1998). Pengaruh Intensitas
Menonton TV dan Pemahaman Indentitas Gender Terhadap Adopsi Nilai-Nilai
Hedonisme di Kalangan Remaja Pesisiran di Kodya Dati II Semarang. Semarang;
Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro, Pusat Penelitian Sosial Budaya.
Inayah. (2011) Tinjauan Psikologis Efek Komunikasi Massa. Jurnal Pengembangan Humaniora. 11, 3, 168 – 173.
Kuswandi,
W. 1996. Komunikasi Massa: Sebuah analisa
Isi Media Televisi. Rineka Cipta: Jakarta.
Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran: Strategi mengelola Radio & Televisi.
Kencana: Jakarta.
Republik Indonesia. 2010. Undang – Undang Republik Indonesia No.32 tahun 2002 Tentang Penyiaran. KPID-Riau: Pekanbaru.
Setiawan, B.
2005. Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Misteri Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Remaja Di SMPN 4 Batang. Skripsi (tidak dipublikasikan). Jogjakarta:
Fakultas Psikologi UAD.
Taylor,
S E. Anne Peplau, L & Sears, D O. 2009. Psikologi
Sosial: edisi kedua belas. Jakarta: Kencana.
Mashoedi,
S F. 2009. Tingkah Laku Menolong dalam Tim Penulis Fakultas Psikologi UI. Psikologi
Sosial. Penerbit Salemba: Jakarta.
Thamrin, H. 2009. Komunikasi: dampak dan problematika. Suska Press: Pekanbaru.
Widiana, H S. ( 2008). Pengembangan Skala Sikap Terhadap Sinetron Religius, Jurnal Psikologi, 1(2), 183 – 197.
Wulansari, Niki. 2013. Hubungan Intensitas Menonton Tayangan Reality Show Perilaku Prososial Terhadap Perilaku Prososial Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SUSKA. Skripsi (tidak dipublikasikan). Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.
Zuliyana. 2009. Hubungan Antara Intensitas Menonton Film Drama Romantis di Televisi dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Siswa SMU N 05 Pekanbaru. Skripsi (tidak dipublikasikan). Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif kasim.
Artikel yang menarik. Semoga saja ada lembaga Pertelevisian yang lebih serius menangani dampak perilaku masyarakat menjadi positif.
BalasHapus