Teori Empati (1)
TEORI EMPATI
Pengertian
Empati
Rogers (dalam Taufik, 2012) menawarkan dua konsepsi dari empati. Pertama, melihat kerangka berpikir internal orang lain secara akurat dengan komponen-komponen yang saling berhubungan. Kedua, dalam memahami orang lain tersebut, individu seolah-olah masuk dalam diri orang lain sehingga bisa merasakan dan memahami orang lain tersebut. Empati adalah kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan menghayati pengalaman tersebut serta untuk melihat situasi dari sudut pandang orang lain.
Dengan kata lain empati merupakan kemampuan untuk menghayati perasaan dan emosi orang lain (Harlock,1991). Empati adalah 1) memproyeksikan perasaan sendiri pada satu kejadian suatu obyek alamiah atau suatu karya estesis. 2) realisasi dan pengertian terhadap kebutuhan dan penderitaan orang lain (Chaplin, 1989).
Menurut Hoffman (2000) empati adalah keterlibatan proses psikologis yang membuat seseorang memiliki feelings yang lebih kongruen dengan situasi diri sendiri. Sedangkan Eisenberg (2000) berpendapat bahwa empati merupakan respon afektif yang berasal dari pemahaman kondisi emosional orang lain , yaitu apa yang sedang dirasakan oleh orang lain pada waktu itu.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa empati
merupakan proses psikologis yang memungkinkan individu
untuk memahami maksud orang lain, memprediksi perilaku mereka dan mengalami
emosi yang dipicu oleh emosi mereka, individu seolah-olah masuk dalam diri
orang lain sehingga memahami situasi dan kondisi emosional dari sudut pandang
orang lain.
Pendekatan
pada Empati
Memahami lebih
jauh dari teori empati, tidak terlepas dari penjelasan-pernjelasan dari berbagai
pendekatan. Diantaranya ada dua pendekatan yang digunakan untuk memahami teori empati,
yakni teori dari Baron-Cohen & Wheelwright (2004), yang membagi empati ke
dalam dua pendekatan, yaitu:
a.
Pendekatan
afektif
Pendekatan
afektif mendefinisikan empati sebagai
pengamatan emosional yang merespon afektif lain. Dalam pandangan
afektif, perbedaan definisi empati
dilihat dari seberapa besar dan kecilnya respon emosional pengamat pada
emosi yang terjadi pada orang lain.
Terdapat
empat jenis empati afektif, yaitu: 1) perasaan pada pengamat harus sesuai
dengan orang yang diamati; 2) perasaan pada pengamat sesuai dengan kondisi
emosional orang lain namun dengan cara yang lain; 3) pengamat merasakan emosi yang
berbeda dari emosi yang dilihatnya, disebut juga sebagai empati kontras
(Stotland, Sherman & Shaver, dalam Baron-Cohen & Wheelwright (2004));
4) perasaan pada pengamat harus menjadi satu untuk perhatian atau kasih sayang
pada penderitaan orang lain (Batson dalam Baron-Cohen & Wheelwright (2004)).
b.
Pendekatan
kognitif
Pendekatan kognitif
merupakan aspek yang menimbulkan pemahaman terhadap perasaan orang lain.
Eisenberg & Strayer (dalam Baron-Cohen & Wheelwright
2004) menyatakan bahwa salah satu
yang paling mendasar pada proses empati adalah pemahaman adanya perbedaan
antara individu (perceiver) dan orang lain. Dengan kata lain, adanya pemisahan
antara perspektif sendiri, menghubungkan keadaan mental orang lain (Leslie dalam Baron-Cohen & Wheelwright (2004)), dan menyimpulkan
kemungkinan isi dari kondisi mental mereka, serta mengingat kembali ketika hal
yang sama terjadi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa pendekatan empati dari Baron-Cohen
& Wheelwright (2004) yakni aspek afektif dan aspek kognitif.
Referensi:
Jika membutuhkan informasi mengenai sumber referensi pada artikel diatas, silahkan E-mail ke: Niki.albangkalisi@gmail.com
Jika membutuhkan informasi mengenai sumber referensi pada artikel diatas, silahkan E-mail ke: Niki.albangkalisi@gmail.com
Kontributor artikel: Dewi
Angraini
Belum ada Komentar untuk "Teori Empati (1)"
Posting Komentar